IQNA

Irfan Adalah Yang Paling Bisa Menjelaskan Pengetahuan Syuhud

9:53 - December 11, 2011
Berita ID: 2236372
Dr. Moh. Fanai Asykuvari: Irfan selain memiliki akar di dalam pengetahuan agama, riwayat dan doa, ia adalah kata yang paling bisa menjelaskan pengetahuan Syuhudi dari pada kata lainnya seperti tasawwuf, maknawiyat, mistisisme, gnosticism dan yang lain.
IQNA: Dr. Mohammad Fanai Asykuvari, anggota bidang keilmuan di Yayasan Pendidikan dan Riset Imam Khomeini di Qom menyampainkan hal itu dalam sesi pertama Festival Nasional Telaah Al Quran mahasiswa Iran yang Ke III, dengan tema "Dasar-dasar Irfan dan Esensinya"

Dalam festival yang diadakan oleh IQNA beliau menegaskan, bahwa sebelum kita membahas pondasi dan esensi Irfan yang sangat rumit, maka perlu membahas berbagai pandangan dan madzhab yang berbeda-beda terlebih dahulu sebagai sebuah bahan perbandingan.

Menurutnya karena adanya berbagai madzhab yang memiliki pandangan berbeda-beda, maka sekelompok kaum muslimin menganggap Irfan adalah pemikiran sesat yang penganutnya dianggap keluar dari agama. Sementara sekelompok yang lain justru menganggap Irfan adalah inti dari agama Islam.

Kelompok Wahhabi misalnya, memang sejak awal menganggap Irfan itu bertentangan dengan agama dan bagi mereka tidak penting lagi madzhab dan maktab Irfan yang mana, sebab semuanya adalah batil, tegasnya.

Padahal madzhab penikiran Irfan tidaklah satu, sehingga perlu membedakan antara yang satu dengan lainnya. dan sangat disayangkan diantara ulama Syiah pun ada yang juga anti pada Irfan tanpa mau memilah dan membedakan madzhab pemikiran Irfan yang satu dengan lainnya, tambahnya.

Fanai menyayangkan pula sebagian orang yang karena ketidaktahuannya maka menyamakan Irfan dengan gaya hidup sufi yang memarginalkan diri dari kehidupan bermasyarakat. sebagian lagi menyamakan Irfan dengan fenomena Keramat dan melakukan sesuatu yang tidak lazim atau orang yang punya jin, berbicara tentang ghaib dan perdukunan.

Karenanya menurutnya sangat penting untuk mengambil sikap dengan landasan rasional dan penjelasan yang memadai tentang esensi Irfan dan perbedaannya dengan itu semua.

Asykuvari kemudian melanjutkan, bahwa kata Irfan yang memiliki akar kata dari arafa, adalah bermaknakan "mengenal" seperti yang disebutkan dalam doa Kumail, Ya Ghayata aamaalil 'arifiyn, atau dalam hadits Nabi yang berbunyi man 'arafa nafsahu faqad 'arafa rabbahu dan memiliki perbedaan dengan kata ilmu yang memiliki makna pengetahuan.

Baik di dunia barat atau Islam, banyak kata yang dianggap sebagai padanan kata Irfan, misalnya tasawwuf atau sufi, padahal makna dari kata ini adalah gaya hidup dengan baju kasar (wool) dan sama sekali tidak memiliki keterkaitan dengan makna kata irfan.

Paling maksimal kata itu adalah menunjukkan pada latihan diri untuk menekan keinginan hawa nafsu dengan menggunakan pakaian yang sederhana dan kasar, namun sama sekali di dalamnya kita tidak dapati unsur ilmu dan pengenalan yang ada pada irfan.

Di barat akhir-akhir ini digunakan sebagai padanan irfan kara maknawi atau spirituality tetapi yang dimaksud dengannya adalah kondisi kejiwaan yang menyebabkan adanya berbagai tindakan "aneh" bahkan termasuk di dalamnya perdukunan yang juga tidak ada hubungannya dengan pengetahuan dan perkenalan dengan alam non materi yang ada di dalam irfan.

Bahkan kemudian di barat berkembang kata ini untuk melatih diri agar tetap dalam kondisi tenang, damai tidak stress dalam menghadapi berbagai problema dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan agama, Nabi, akhirat dan Tuhan, tambahnya.

Fanai juga menegaskan, bahwa kata mistisisme yang saat ini juga digunakan oleh barat, baik yang berbasis Kristen atau lainnya sebagai padanan irfan, pada hakikatnya sangat berbeda dengan esensi irfan yang sesungguhnya, sebab tidak tergandung di dalamnya arti pengetahuan dan pengenalan tentang Tuhan dan alam di luar materi.

Diantara semua itu yang paling dekat adalah kata gnosticism dan kata knowledge yang saat ini sudah mulai jarang dianggap sebagai padanan irfan oleh barat.

Walaupun tentu tetap ada perbedaan antara kata tersebut dengan irfan, dalam penggungaan sehari-hari kita katakan si fulan adalah orang yang tahu tentang fisika, namun kita tidak menggunakan kata tahu untuk Tuhan, misalnya kita tidak mengatakan, bahwa si fulan tahu tentang Tuhan, namun kita gunakan dia kenal Tuhan.

Bersambung ……

912494
captcha